Stop Ucapkan 3 Kalimat Ini, Kalau Mau Kecerdasan Emosional Anak Tinggi!

Sebagai orangtua, membesarkan anak yang cakap dan cerdas secara emosional bukanlah hal yang mudah. Namun, salah satu cara yang bisa diterapkan agar kecerdasan emosional anak tinggi adalah menciptakan komunikasi yang membangun.

Caroline Leaf, seorang ahli saraf sekaligus penulis buku ‘How to Help Your Child Clean Up Their Mental Mess’ mengatakan, cara kita merespon perasaan anak berdampak besar terhadap cara anak memproses dan memahami kehidupan.

Diketahui, semakin tinggi kecerdasan emosional anak, maka semakin siap anak tersebut dalam menghadapi tantangan hidup di masa depan.

Eits ngomongin kecerdasan emosional, sebenarnya apa sih? Kecerdasan emosional pada dasarnya mengacu pada kemampuan mengidentifikasi dan mengelola emosi diri sendiri dan emosi orang lain, mengutip Psychology Today.

Nah, sebagai orangtua kita perlu nih menghindari ungkapan yang bisa mempengaruhi kecerdasan emosional pada anak. Kebiasaan mengucapkan 3 kalimat ini bisa membuat kecerdasan emosional anak menurun. Jangan diucapkan lagi ya, Beauties!

‘Stop nangis!

Siapa yang waktu kecil sering diberi teguran semacam ini? Hampir sebagian orangtua akan mengucapkan dua kata itu ketika anak menangis. Padahal mengucapkan kalimat “setop nangisnya” akan memberikan efek buruk pada kesehatan mental anak.

Melansir Medical News Today, menangis dapat membantu tubuh merasakan rasa tenang, nyaman, serta meringankan rasa sakit fisik dan emosional. Kok bisa? Sebab, saat menangis tubuh akan mengeluarkan hormon oksitosin dan endorfin, yang mana kedua hormon itulah yang membuat tubuh merasa lebih tenang atau sejahtera.

Selain itu, menangis juga bisa menjadi tanda bahwa anak sedang membutuhkan dukungan. Menangis akan membantu membangun jaringan dukungan sosial ketika keadaan semakin berat.

Jadi, ketika anak menangis coba alihkan dalam bentuk perhatian bukan teguran maupun ancaman. Contohnya dengan mengucapkan kalimat:

  • “Sini, peluk mama”,
  • “Kita keluar sebentar yuk, cari udara segar”,
  • “Mama nggak akan ngelarang kamu nangis. Abis ini, kalau udah siap untuk cerita, mama di sini”.

‘Kamu ini berlebihan!’

Jangan ucapkan kalimat ini sekalipun Beauties tidak begitu setuju dengan apa yang dikatakan dan dilakukan anak. Kalimat seperti ini menandakan bahwa Beauties mengabaikan perasaaannya.

Perlu Beauties pahami juga, anak-anak seringkali lebih mahir dalam membaca bahasa nonverbal. Bahkan, mereka akan cenderung menutup diri ketika merasa tidak aman untuk berbicara.

Jadi, saat berada dalam kondisi di atas, kendalikan perasaan dan bahasa tubuh, Beauties. Jika Beauties perlu waktu untuk menenangkan pikiran dan emosi, tanggapilah anak dengan mengucapkan “Nak, mama lagi perlu waktu untuk menenangkan diri. Nanti, kita ngobrol lagi ya”.

‘Gitu aja kok nggak bisa!’

Mengucapkan kalimat ini pada anak bisa membuat kepercayaan dirinya menurun dan mengalami krisis identitas.

Jika tidak lekas ditangani, krisis identitas yang dialami anak bisa memicu perasaan malu, mudah cemas, putus asa, sering mengasihi diri sendiri, dan berujung merusak kesehatan mental.

Saat anak mengalami kesulitan atau apa yang dilakukan tidak sesuai ekspektasi, jangan dihakimi dengan pernyataan negatif. Beauties bisa melontarkan pertanyaan terbuka agar anak merasa nyaman untuk bercerita tentang perasaannya.

//
CS ADMIN PENERBIT & PERCETAKAN PUSTAKA SETIA